SeulangaNews.com – “Ramadhan sebentar lagi.. berpuasa sekeluarga” Penggalan lirik dari lagu tersebut sudah tidak asing lagi jika bulan Ramadhan sudah dekat, banyak stasiun televisi yang memakai lagu ini untuk menyambut bulan yang sangat special bagi umat Islam di seluruh dunia. Jika tidak meleset tahun 2024 bulan Ramadhan akan jatuh pada tanggal 12 Maret, akan tetapi Masyarakat harus menunggu pengumuman resmi dari kementrian Agama yang melakuan sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadhan jatuh pada tahun ini.
Walau demikian uforia bulan Ramadhan sudah terasa satu bulan sebelumnya. Mengapa tidak, bulan yang paling di tunggu satu tahun sekali oleh umat islam di seluruh dunia memang punya seribu keistimewaan nya dan berbeda dari bulan-bulan yang lain, jika diibaratkan Ramadhan adalah kekasih yang jauh dari pulau seberang dan kita menunggu nya di ujung dermaga untuk memeluk nya ketika ia datang. Tidak bisa dipungkiri memang rasa rindu yang menggebu selau menyelimuti umat Islam di seluruh Dunia untuk bulan yang satu ini.
Jika diberi satu pertanyaan, “apakah hati kita sudah siap?”
Pertanyaan ini adalah sebuah bentuk refleksi atau cermin besar yang bisa melihat kedalam diri kita lebih jauh, kita secara umat islam memang menyambut bulan Ramadhan akan tetapi secara iman apakah juga menyambutnya dengan suka cita? Pertanyaan ini memang bagi sedikit atau banyak orang terasa biasa, akan tetapi jika melihat lebih dalam, ternyata secara bentuk keimanan ada banyak orang-orang kita melihat bahwa Bulan Ramadhan adalah hanya sebuah tradisi atau budaya yang dilakukan setiap tahun, tidak ada beda nya dari bulan-bulan yang lain. bagaimana jalan nya Ramadhan tercoreng dengan rasa berat menjalani kehidupan sehar-hari karena ketidak bolehan makan dan minum dari terbit sampai terbenam nya matahari.
Merasa berat menjalani pekerjaan karena alasan puasa, merasa bulan Ramadhan adalah pengganggu kehidupan, padahal inilah pagi sampai pagi nya lagi merupakan cara terbaik untuk dapat mengubah kehidupan, pekerjaan, rasa ketidak mampuan dan keraguan menjadi rasa keyaninan serta kemakmuran dengan dekat kepada yang menciptakan seluruh alam semesta serta isi nya. Mengapa ini bisa terjadi, padahal seyogya nya rasa suka cita menyambut harus banding lurus dengan ketulususan iman untuk menerima seluruh proses bulan Ramadhan, jika tidak maka sudah dipastikan sesorang tersebut membohongi diri nya sendiri.
Mau sampai kapan rasa berat itu di pelihara? Membuang muka kepada kekasih yang memberikan seluruh cinta nya tanpa melihat kamu siapa, apakah kita yakin tahun selanjutnya kita akan bertemu nya lagi? Tidak ada yang tahu.
Maka dengan demikian tahun ini dengan umur panjang yang diberikan oleh Allah SWT, sudah sepatut nya kita sebagai umat islam tidak hanya menganggap bahwa Ramadhan adalah sebuah tradisi atau budaya rutin yang dilakukan setiap tahun, merasa bulan Ramadhan ini adalah rintangan dalam menjalankan kehidupan, melainkan Bulan Suci Ramadhan adalah penguat keimanan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan seluruh proses puasa, yang tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, melainkan juga hal-hal yang akan mengurangi pahala puasa bahkan membatalkan nya. Sehingga rasa kedakatan kita dengan Allah mulai terjaga, rasa keimanan kita mulai meningkat, rayakan Bulan Suci Ramadhan tidak hanya sebagai bulan yang datang setahun sekali akan tetapi membawa pelajaran, rasa konsisten dan bentuk keimanan yang telah dibangun dan dijaga bisa bertahan kepada bulan-bulan selanjutnya.
Banda Aceh, 09-03-2024
Teuku Awis Aulia