BANDA ACEH | SeulangaNews.com – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, mengandeng mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Negeri Islam (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, dengan cara melatih soft Skill kepada Mahasiswa Asuh Stunting (MAS) yang bebasis Informasi Teknologi (IT). Selain itu, BKKBN Aceh juga melakukan MoU dengan Ikatan Alumni ITB Provinsi Aceh, guna membantu pemerintah menurunkan angka stunting di Aceh.
Pelatihan yang diikuti 30 mahasiswa dari Fakultas Sains dan Teknologi, dibuka oleh Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim, dan turut dihadiri Plh. Kapusdiklat BKKBN RI, Dra Elly Emalia, M.Pd, Penata KKB Ahli Madya, Irma Dimyati, SE, M.Si, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, DR. Ir. Muhammad Dirhamsyah, MT, IPU (juga Ketua Ikatan Alumni ITB Provinsi Aceh), dan pejabat fungsional lainnya.
Kaper BKKBN Aceh dalam sambutannya mengatakan, stunting merupakan ancaman serius terhadap bonus demografi. Jelasnya, Bonus demografi dimana populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak dibandingkan yang tidak produktif, sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan sebagai modal bagi negara menuju Indonesia Emas pada 2045. Jika gagal dimanfaatkan dengan baik, kata Safrina, maka akan terjadi miss demographic dividend.
“Target kita sangat jelas, kita ingin menurunkan prevalensi stunting di Aceh hingga 14 persen pada 2024. Pada 2030, sesuai dengan target sustainable development goals atau SDGS, kita harap prevalensi stunting sudah nol di Aceh. Untuk itu berbagai upaya kita lakukan termasuk pada hari ini melatih Mahasiswa Asuh Stunting,” kata Safrina.

Kegiatan Pelatihan Teknik Peningkatan Soft Skill bagi Mahasiswa Asuh Stunting dalam Percepatan Penurunan Stunting Berbasis IT dilaksanakan di Aula BKKBN Aceh selama tiga hari, dari 23 hingga 25 Oktober 2023. Tujuannya, kata Safrina Salim, memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan Perguruan Tinggi. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan teredukasi penyebab stunting, serta bagaimana cara pencegahannya. Safrina berharap setelah pelatihan adanya perubahan prilaku positif dan sebagai peningkatan implementasi pada pengabdian masyarakat dalam percepatan penurunan stunting.
“Selesai pelatihan, kita berharap adanya pendampingan oleh Mahasiswa Asuh Stunting yang sudah dilatih. Juga membantu pemerintah dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan stunting di dalam keluarga. Saya juga berharap, Mahasiswa Asuh Stunting setelah mengikuti pelatihan dapat juga mengedukasi masyarakat saat KKN nanti, serta dapat menggunakan media sosialnya untuk mencerdaskan masyarakat apa itu stunting dan bahaya dampak yang ditimbulkan bagi pembangunan,” kata Safrina Salim.
Pengembang Teknologi Pemberlajaran Ahli Muda, Khairul Ibad, yang juga merupakan Ketua Pelaksana Pelatihan, menambahkan, mahasiswa merupakan agen of change (agen perubahan) di dalam masyarakat. Sehingga diharapkan juga mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat merencanakan kehidupannya lebih baik lagi di dalam perencanaan berkeluarga.
Kemudian, kata Ibad, juga menjelaskan dan memberi pemahaman, bahwa program BKKBN buka soal kontrasepsi saja, tetapi juga terkait dengan mempersiapkan SDM unggul dan keluarga berkualitas. Ditambahkan lagi BKKBN kini diamanahkan Presiden, percepatan penurunan stunting.
“Sebelum menjadi Catin, adek-adek mahasiswa juga diharapkan melakukan pendampingan kepada Catin, keluarga batuta dan balita, pendampingan Ibu Hamil dan Pasca Persalinan, memahami penggunaan aplikasi Elsimil (elektronik siap nikah dan hamil), dan serta mengimplementasikan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat,” kata Ibad.
Tujuan pelatihan MAS (Mahasiswa Asuh Stunting), yaitu menggerakkan mahasiswa menjadi kakak asuh anak stunting, serta mengajak Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry yang juga Ketua Ikatan Alumni ITB Provinsi Aceh, menjadi Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dalam rangka percepatan penurunan stunting di Aceh.
“Semoga Pelatihan ini terus berlanjut di tahun mendatang dan semakin banyak mahasiswa yang peduli dan mau menjadi mahasiswa asuh stunting serta semakin banyak dari pihak akademisi mau menjadi Bapak Asuh Anak Stunting,” tuturnya.
Selain pelatihan juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama antara Perwakilan BKKBN Aceh dengan Ikatan Alumni ITB Provinsi Aceh. Kerjasama ini bertujuan untuk mendukung percepatan penurunan stunting di Provinsi Aceh melalui kerjasama pengabdian masyarakat berupa program BAAS dan edukasi kepada masyarakat oleh dosen, alumni ITB, dan mahasiswa yang diselenggarakan di Kabupaten Aceh Besar pada 2023 ini.
“Sebagai motor penggerak, akademisi dan mahasiswa, setelah adanya MoU ini, kita berharap dapat membantu pemerintah di dalam memberi edukasi kepada masyarakat baik terkait pencegahan dan penurunan stunting. Sehingga target yang diharapkan pada 2024 sebesar 14 persen tercapai,” pungkas Ketua Ikatan Alumni ITB Provinsi Aceh, Muhammad Dirhamsyah, di Banda Aceh. (San)