SeulangaNews.com – Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang tidak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya.
Secara bahasa, batik berasal dari kata mbat yang artinya adalah melempar berkali-kali serta tik yang artinya ialah titik. Secara istilah, batik merupakan sebuah teknik menggambar di atas kain dengan memanfaatkan lilin serta canting sebagai alat dan bahan dalam proses pembuatannya.
Bagaiman kaitannya batik dengan masyarakat Aceh? Aceh merupakan salah satu daerah yang berada di Pulau Sumatera. Menurut Sejarah, Batik diperkenalkan oleh Pedagang dari Pulau PJawa kepada masyarakat Aceh. Dimana masa dahulu, Aceh sudah menjadi pusat perdagangan sejak masa kerajaan Aceh Darussalam.
Apa menariknya batik Aceh ?
Beberapa fakta unik tentang batik Aceh yang wajib Anda ketahui, yaitu kearifan lokal Aceh sebagai daerah dengan keistimewaannya Syariat Islam, motif, dan warna cerah.
1. Motif sesuai syariat Islam.
Aceh menerima banyak budaya dan mengalami asimilasi, salah satunya batik. Pada akhirnya, batik di Aceh bermotif sesuai ketentuan Islam yaitu tidak menggambarkan makhluk hidup dan bernyawa. Jadi jika mencari batik Aceh yang bergambarkan wayang dan sejenisnya maka tidak akan ditemukan. Masyarakat Aceh tidak menggambar wujud manusia dalam kain batiknya, lebih ke tumbuhan atau alam. Pengaruh Islam sangat kuat dalam budaya batik di Aceh.
2. Berwarna cerah.
Orang Aceh sangat suka pada warna-warna cera yang menimbulkan terkesan mewah. Hal ini juga berlaku pada batik Aceh yang warna dominannya kuning, merah, merah muda (pink), dan hijau.
3. Motif batik yang unik.
Batik Aceh memiliki ragam motif yang unik dan sangat khas ke-acehannya. Beberapa motif batik Aceh yang unik yaitu:
– Motif pintu Aceh (pinto khob). Awalnya motif ini dibuat di pin sejak 1926. Corak ini ditemukan oleh Mahmud Ibrahim atau lebih akrab dikenal sebagai Utoh Mud, seorang pengrajin emas dari Blang Oi, Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh. Motif ini bermakna tentang kehidupan masyakat Aceh yang tidak terlalu terbuka terhadap orang baru. Namun jika sudah kenal dan akrab, akan menganggapnya saudara.
– Motif tolak angin (tulak angen) adalah motif yang terinspirasi dari rumah adat Aceh pada bagian pintu. Filosofinya adalah masyarakat Aceh mudah menerima perbedaan antar umat manusia.
– Motif Bungong Jeumpa yang paling sering jumpai di Aceh. Motif batik ini menggambarkan keindahan alam Aceh dengan perantara keindahan bunggong Jeumpa.
– Motif batik rencong adalah terinspirasi dari senjata khas Aceh yang merupai belati. Mayarakat Aceh percaya bahwa lukisan belati yang hampir membentuk huruf “L” yang melambangkan Bismillah. Senjata ini sangat popular sehingga Aceh di juluki tanah rencong.
– Motif buah delima. Nah, selain menggunakan gambar ornamen rumah, bunga, dan senjata tradisional, motif batik Aceh juga menggunakan buah. Salah satu contohnya adalah batik motif buah delima. Buah delima dipilih karena buah tersebut telah disebut dalam Al-Qur’an sebagai salah satu buah yang ada di surga. Gambar delima pada motif batik ini lantas dipadukan dengan beberapa warna menarik.
– Motif Bungong Kalimah. Motif batik Aceh ini sangat kental akan nuansa religius. Nuansa tersebut terlihat jelas dari adanya ayat suci Al-Qur’an pada bagian ujung kainnya. Karena mengandung ayat suci Al-Qur’an, kain batik ini tidak boleh dipakai sembarangan. Biasanya, batik ini akan digunakan pada acara keagamaan atau dijadikan kerudung perempuan.
4. Beberapa motif khas hanya berada di tanah Gayo.
Gayo adalah salah satu suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah. Suku ini memiliki motif batik tersendiri.
Motif kerawang tegak dan datar berakar (serapan) dari keberadaan motif kerawang emon berangkat juga emon beriring. Motif ini terinspriasi dari ukiran khas yang ada di bagian rumah adat Aceh Gayo. Polanya berupa sulur-sulur yang saling sambung menyambung layaknya ukel lebat dan subur tetapi tidak berujung. Dengan posisi posisi mendatar serta tegak, batik ini merupakan representasi atas fungsi dan arti sebuah pakaian bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik untuk bekerja, bermasyarakat, dan bersosialisasi. Seperti yang ada pada ajaran agama Islam sebagai “habluminannas”, yakni perintah untuk berbuat baik dan saling mengasihi sesama manusia.
Motif Ceplok Gayo juga diambil dari bentuk ukiran rumah adat Aceh Gayo, tepatnya pada bagian ujung ukiran kerawang. Frasa “ceplok” diambil dari istilah bahasa Jawa, sebagai wilayah yang mendominasi asal muasal keberadaan seni tulis ini berada.Motif ini pun mulai dikembangkan secara perlahan dan kemudian diterapkan untuk motif lainnya seperti sulam dan embroidery (bordir) khas wilayah ini.
Pada dasarnya motif Ceplok memang polanya lebih njeblok atau cekung melebar berupa ceplok-ceplok gambar yang dimodifikasi dari ukiran motif kerawang khas Gayo. Ceplok merupakan istilah yang berasal dari single pola, motif, maupun ornamen yang memang hanya ada satu jenis tetapi wujudnya menyebar. Karena ukurannya yang agak kecil itulah, kemudian dibikin secara berulang-ulang dengan penempatan yang berbeda. Bisa menyatu, segaris, atau malah menyebar dan terpisah, asal memenuhi satu dasaran kain.
Motif geometris sebenarnya juga diambil dari pelbagai pola ukiran kerawang yang bentuknya mencampurkan potongan diagonal yang dipadankan dengan motif sulur-sulur untuk mengisi bidang kain tersebut. Namun pada motif geometris gayo yang modern saat ini menggabungkan beberapa motif lawas sehingga tercipta integrasi dan harmonisasi yang baik. Sekilas memang motif ini tampak rumit tetapi ritmis, dan lembut apabila dijadikan sebagai bahan pakaian.
Motif karawang lembut, yang bersumber dari bagian pola ukiran pada rumah adat Aceh, tetapi bentuknya dibuat geometris. Bidang-bidangnya sendiri diisi oleh pola atau garis horizontal membentuk ritme yang terpadu dengan pengisian warna khas masyarakat Aceh. Dicampur juga dengan ornamen sulur-sulur dan ukelan, serta ornamen adat untuk memenuhi dasaran batik geometris tersebut. Kelebihan dari motif ini mengandung unsur kebudayaan dan kondisi sosial masyarakat Gayo sendiri. Setiap ornamen yang dibubuhkan, menyimpan sederet filosofi tersendiri yang juga diharapkan bisa menjadi falsafah kehidupan manusia sampai ke depannya.
Aceh, salah satu provinsi di Indonesia yang berada paling barat, memiliki produk kerajinan kain batik. Seperti batik dari daerah-daerah lainnya di Indonesia. Batik Aceh juga memiliki sejarah, ciri khas, dan motifnya sendiri. Aceh memang Istimewa. (Nita J/dari berbagai sumber)