SeulangaNews.com – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 menyebutkan ada 14.78 persen warga Indonesia buta huruf. 4.86 persen di antaranya berada di usia produktif 15 hingga 44 tahun. Sedangkan survei UNESCO pada 2019, mengemukakan, bahwa minat membaca anak Indonesia terendah kedua.
Melihat data di atas, apakah kita terus membiarkan buku tanpa pembaca? Meskipun banyak program tentang membaca, yang sasarannya rata-rata adalah anak-anak usia dini. Terlebih yang orangtuanya mengharapkan anak bisa membaca, lancar membaca padahal usianya pendidikannya masih Taman Kanak Kanak (TK).
Setelah bergiat di Perpustakaan Bergerak dan Taman Baca Masyarakat, media ini mendapatkan beberapa kesimpulan tentang bagaimana mengajak anak giat membaca. Tentu dibutuhkan waktu lama agar hal ini terbukti.
1. Pembiasaan Sejak Bayi.
Apakah bayi bisa membaca? Tidak tentu saja namun menstimulasi bayi sejak awal dimulai dengan buku hitam putih sangat baik untuk masa pertumbuhannya. Menurut Rossie Setiawan, pendiri Read Aloud Indonesi, 90% dari perkembangan otak anak terjadi pada umur 0 – 6 tahun, sehingga membiasakan membaca kepada anak harus segera dilakukan.
Membiasakan anak pada buku bisa dilakukan sesuai usia, misalnya pada bayi bisa membelikan buku bantal atau kain yang ramah untuk anak dan tidak mudah sobek. Setelah itu, mengajak mengobrol. Kemudian tingkatkan dari buku hitam putih ke buku yang berwarna, sesuai dengan perkembangan fisik bayi.
Jika sudah mulai merangkak bisa menstimulasi bayi dengan meraba buku kain lalu tingkatnya ke hardbook anti robek. Di Daycare pada saat media ini berkecimpung langsung ke dalamnya (2012-2016), perhatikan anak-anak yang dititip sejak bayi dengan pengenalan pada warna, buku, permainan bermakna lebih cepat memahami bacaan ketika berumur 3 tahun, saat memasuki kelas bermain. Ia sudah bisa membedakan huruf pada puzzel.
2. Lingkungan Penuh Bacaan.
Cobalah desain rumah atau kamar dengan buku, poster yang ada bacaannya. Hal ini bisa membuat anak terbiasa dengan segala jenis tulisan sehingga menimbulkan minat baginya untuk mengetahui apa bacaannya.
Anak adalah peniru ulung di lingkungan, maka memberikan lingkungan yang baik untuk ditiru adalah salah satu pembiasan yang harus dimulai sejak dini.
Jika tidak punya biaya membeli buku, bawalah anak ke perpustakaan gratis baik yang ada di desa hingga Nasional sehingga ada memori tentang buku untuk dirinya.
3. Sediakan Waktu untuk Membacakan.
Dalam sehari, pergunakan waktu sembilan hingga 10 menit untuk pembiasaan baik anak membaca buku. Sebaiknya anak didampingi saat membaca, tidak hanya sekedar membeli atau menghadiahkannya buku. Membeli buku yang baik tetapi tidak menyediakan waktu maka akan sama saja karena hal ini penting untuk perkembangan anak. Buku yang bagus belum tentu menjamin anak suka membaca apalagi usia dini tanpa dampingan.
Bagaimana jika sudah lancar membaca? Sediakan waktu membaca buku bersama. Duduk dan baca bersama bisa juga dilanjutkan dengan diskusi buku yang dibaca agar tercipta pemikiran kritis dari membaca.
4. Membacakan Nyaring.
Membaca nyaring bisa dilaksanakan sejak anak berusia 0 (nol) . Membacakan nyaring sangat banyak manfaatnya terutama untuk mempererat ikatan antara orangtua dan anak apalagi dilakukan sejak dini. Membacakan nyaring dapat membuat anak penasaran pada suatu hal sehingga ia tertarik untuk membaca buku sendiri. Dalam membaca nyaring ada hal yang diperhatikan seperti persiapan ketika akan membaca ketika membaca dan juga setelah membaca. Untuk itu, orangtua juga harus terus belajar, bagaimana caranya membacakan nyaring atau hal lainnya.
5. Membaca Sambil Bercerita.
Indonesia adalah budaya lisan, dari sana dongeng banyak berkembang. Ada baiknya jika tulisan dipadukan dengan lisan, orangtua dapat bercerita kepada anak kemudian mencari buku rujukan tentang hal yang diceritakan, sehingga anak bisa untuk membaca dengan sendirinya atau jika masih pemula bisa melihat gambar sehingga dia terus tertarik dengan buku.
6. Buat Anak Cinta dan Tertari dengan Satu Buku.
Tidak hanya pada anak ,orang dewasa juga akan membaca sesuatu yang diminatinya dan sesuai dengan kebutuhan. Maka oleh itu, orangtua harus menangkap minat anak membaca terhadap satu buku yang ia sukai. Kemudian ketika minat itu sudah ditangkap terus fasilitasi anak dengan hal yang disukainya.
7. Tabah dengan Proses.
Konsisten dan tabah dengan proses adalah suatu hal yang harus dipegang teguh oleh orangtua. Orangtua tidak boleh menyerah untuk menyediakan 10 menit waktunya setiap hari membacakan buku pada anak usia dini dan juga membaca bersama pada anak tingkat lanjut. Hal ini tentu dibutuhkan penyediaan waktu, pepatah pernah mengatakan bahwa absen termahal adalah kehadiran. Orangtua haruslah jadi paling depan untuk hadir dan tabah pada proses anak suka dan cinta membaca. (Nita J)