PW ‘Aisyiyah Aceh (PWA) memiliki cara unik dalam edukasi sampah kepada masyarakat dengan memajang plangiasi di sekitar pantai Ulee Lheu, Minggu (26/11/2023).
Ketua PWA Aceh, Hj. Ashraf menyampaikan “Sampah memiliki kemampuan tingkatan uraian yang berbeda-beda. Adanya plangiasi dengan menempel contoh bentuk sampahnya, diharapkan dapat langsung menyentuh pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk bersama menjaga lingkungan ini.”
Lebih lanjut Ashraf menyampaikan dari plangiasi ini dapat terlihat dengan jelas lamanya tiap kategori sampah yang terurai, yaitu sampah yang tidak dapat terurai, dapat terurai selama 200 tahun, lebih dari 12 tahun, 20 tahun, dan 5 tahun”.
Kegiatan aksi nyata berupa pengambilan dan pemilihan sampah juga dilakukan untuk memberikan edukasi nyata terhadap kondisi lingkungan yang seharusnya dirasakan oleh masyarakat Aceh.
“Alhamdulillah atas partisipasi berbagai pihak dalam kegiatan yang diselenggarakan PW ‘Aisyiyah pada pagi ini telah terkumpul sampah tusuk satai sebanyak 3,610 kg, sampah daur ulang sebanyak 6,330 kg, dan sampah residu sebanyak 111,610 kg.” Ucap Ashraf dengan penuh rasa syukur.
Pembuatan dan pemasangan plang plangiasi edukasi sampah di sekitar area pantai juga dibantu oleh Perwakilan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Aceh. Para pelajar sangat antusias dalam pelaksanaan kegiatan ini karena terbilang unik dan inovatif. Seperti, pemasangan sampah secara nyata yang ditempelkan ke papan plangiasi sesuai dengan keterangan informasi sampah.
Dalam kesempatan lain, Ketua Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) ‘Aisyiyah Aceh, Dr. Rita Andini menyampaikan “Sampah yang sulit terurai menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius di seluruh dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan produksi sampah yang sulit terurai telah menyebabkan dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Sampah seperti plastik, styrofoam, dan popok merupakan contoh sampah yang sulit terurai”
Andini menyebutkan sampah yang sering ditemukan dan sulit untuk terurai dalam jangka waktu yang lama terdiri dari 3 jenis, yaitu:
Pertama, styrofoam merupakan jenis sampah yang sulit terurai. Styrofoam terbuat dari bahan polistirena yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme alami. Sampah styrofoam yang dibuang sembarangan dapat mencemari tanah dan air, serta menjadi sumber polusi udara ketika dibakar. Selain itu, styrofoam juga sering kali menjadi penyebab banjir karena kemampuannya yang buruk menyerap air.
Kedua, plastik adalah salah satu jenis sampah yang paling sulit terurai. Plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai sepenuhnya, sehingga menyebabkan akumulasi sampah plastik yang besar di lautan dan daratan. Sampah plastik ini merusak ekosistem laut dan mengancam kehidupan makhluk laut, seperti ikan, burung, dan penyu yang sering kali memakan atau terperangkap dalam sampah plastik.
Ketiga, sampah popok dan pembalut wanita merupakan salah satu jenis sampah yang sulit terurai dan menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Popok sekali pakai umumnya terbuat dari bahan plastik dan serat sintetis yang sulit terurai secara alami. Hal ini menyebabkan akumulasi sampah popok yang besar di tempat pembuangan akhir, seperti tumpukan sampah TPA atau di pantai.
“Semoga dengan adanya praktik baik ini, diharapkan terkhusus kepada masyarakat Aceh yang telah menerapkan syariat islam mampu menjadi pionir keteladanan terhadap hablum minal alam.” Pungkas Andini.[] (Rina)